
“Menikmati waktu berdua, tapi nggak kecapean karena kebanyakan jalan-jalan.” Kata Filda mengingatkan kami, dengan sedikit nada protes, teringat petualangan kami di Jogja yang melelahkan secara fisik. Of course, it is about quality time–not quantity of place.
Filda benar.
Setelah 12 hari bulan madu yang seru di Solo-Jogja, 3 hari di Ubud adalah bulan madu kami yang kedua. Mengapa Ubud? Di internet, orang bilang kalau mau bulan madu di Bali, ya, enaknya ke Ubud. Entahlah, mungkin juga petualangan Julia Roberts di Ubud (novel dan film Eat, Pray, Love) yang membuat kami terhipnotis untuk bulan madu disini.
“Ubud itu beda jauh sama Kuta. Kalau Kuta itu tempatnya party, kalau buat couple tempatnya memang di Ubud.” Kata Wayan, supir hotel yang menjemput kami di Bandara Ngurah Rai.
Dalam perjalanan menuju Ubud, kami dan Filda sudah terbayang-bayang dengan suasana khas Ubud yang dikelilingi persawahan dan dataran tinggi—seperti yang sering kami lihat di internet tempo hari. Kami tiba di Ubud saat petang dan langsung disambut dengan suasana hening dan lengang. Wayan benar, Ubud adalah tempat yang perfect buat The Couple Trip. Continue reading →